Skip to main content

Sejarah Nabi #8

Penyembelihan Ismail

Allah ingin menguji Nabi Ibrahim, manakah yang lebih beliau cintai, Allah atau Ismail? Melalui mimpi, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih putra kesayangannya itu.

Saat pagi hari tiba, Nabi Ibrahim memanggil Ismail, "Anakku, dalam tidur, Ayah bermimpi menyembelihmu. Apa pendapatmu, Nak?"

"Ayah, jika ini kehendak Allah, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Jangan takut, Ayah, InsyaaAllah aku termasuk orang yang sabar."

Nabi Ibrahim memeluk Ismail erat-erat dengan penuh haru, "Ayah mencintaimu, Nak! Ayah bangga kepadamu."

Nabi Ibrahim membawa Ismail jauh dari rumah. Ketika sampai di tempat ia akan disembelih, Ismail berkata, "Ayah, jangan ragu, lakukanlah perintah Allah ini. Kalau Ayah akan menyembelihku, ikatlah aku kuat-kuat agar Ayah tidak terkena darahku. Aku takut darahku mengotori bajumu sehingga pahalaku berkurang. Ayah, jangan ragu jika melihat aku gelisah. Karena itu, tajamkanlah parang Ayah agar dapat memotongku sekaligus. Telungkupkanlah wajahku, Ayah, jangan dimiringkan. Aku khawatir Ayah bisa melihat wajahku dan merasa iba sehingga Ayah jadi ragu melaksanakan perintah Allah. Kalau Ayah merasa bajuku dapat menghibur ibu, berikanlah baju ini kepada ibu."

"Anakku," bisik Nabi Ibrahim, "ketabahanmu menguatkan ketabahan Ayah."

Ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba yang besar disertai panggilan, "Hai Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu!"

Nabi Ibrahim dan Ismail bersujud penuh syukur. Mereka telah membuktikan bahwa mereka amat mencintai Allah melebihi segalanya.

Catatan tambahan
Melempar Jumrah

Iblis tiga kali menggoda Nabi Ibrahim di perjalanan menuju tempat penyembelihan putranya. Nabi Ibrahim marah dan melempar Iblis tiga kali dengan kerikil. Allah mengabadikan peristiwa itu dalam ibadah haji. Setiap jamaah wajib melontar kerikil di tiga tempat di mana iblis menggoda. Masing-masing disebut Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.

-      Kisah ini diambil dari Buku Muhammad Teladanku Jilid 1

-      One Day One Sirah

Comments

Popular posts from this blog

212 Cinta Menggerakkan Segalanya

Info Buku Category: Novel Author: Helvi Tiana Rosa & Benny Arnas Issue 2018 Total Pages 272 halaman Dimension 13,5 x 20,5 cm Cover Softcover Color Black-White weight 300 gram Publishing: REPUBLIKA PENERBIT Prize : 58.000 Sinopsis Aksi Damai pada 2 Desember 2016 (212), merupakan peristiwa luar biasa yang telah menjadi bagian dari tonggak sejarah umat Islam di Indonesia, bahkan dunia. Pada hari itu, diperkirakan lebih dari tujuh juta orang memenuhi kawasan Monumen Nasional (Monas) dan sekitarnya, menyatakan sikap, dan kecintaan mereka kepada Allah dan Al-Qur’an. Film dan novel 212 ini bukan tentang gerakan politik, atau kisah cinta biasa. Film dan novel 212 Cinta Menggerakkan Segala (CMS) menguraikan tentang hubungan antarmanusia dan cinta manusia dengan Tuhannya yang terangkai dalam momen 212. Seperti juga 212 yang merupakan aksi damai, film serta novel ini juga membawa pesan damai dari umat Islam Indonesia. Jika ingin mendapatkan buku ini, silakan isi di kolom ...

Menu Sarapan Sederhana

Menu sarapan pagi ini adalah nasi, telur dadar, dan sayur bening oyong. Menunya sederhanya dan rasanya biasa saja. Namun, jika dinikmati ketika masakannya masih hangat, rasanya menjadi tidak biasa. Apalagi jika suasana hati dan pikiran sedang bahagia.. Untuk para pembaca, jangan lupa sarapan ya..

Sejarah Nabi #7

Sumur Zamzam Sahabat fillahku, atas kehendak Allah SWT jua, Nabi  Ibrahim as. mengajak Bunda Hajar dan bayinya pergi jauh, jauh sekali; ke tengah sebuah lembah tandus yang sekarang disebut Mekah. Tempat itu merupakan tempat persinggahan rombongan pedagang. Akan tetapi, saat itu adalah saat-saat paling sepi sepanjang tahun. Tidak ada satu orangpun yang tampak di sana. "Aku harus meninggalkanmu," kata Nabi Ibrahim kepada istrinya. "Apakah ini kehendak Allah SWT?" tanya Bunda Hajar. Nabi Ibrahim  mengangguk pasti, "Allah pasti menjagamu dan anak kita." Kemudian, Nabi Ibrahim  pergi meninggalkan Bunda Hajar dan Ismail dengan bekal seadanya. Tidak lama kemudian, air pun habis. Ismail menangis kehausan. Bunda Hajar kebingungan, apalagi saat itu air susunya pun tidak keluar. Ke mana dia harus mencari air di tempat setandus ini? Bunda Hajar berlari ke puncak bukit terdekat. "Ya Allah hindarkan kami dari mati kehausan. Berikanlah k...