Skip to main content

Aroma Kematian

alhikmah.com -  “Assalamu’alaikum …..” sebuah salam persaudaraan yang berusaha kami biasakan di lingkungan kos, kuucapakan seiiring dengan langkah kakiku ke ruang tamu kos yangkarena ‘saking’ berantakannya sebenarnya tak terlalu layak untuk disebut sebagai ruang tamu. “Wa‘alaikumsalam ” jawab beberapa adik kelasku yang ada di ruang tamu. Rasa capek yang sepulang dari aktivitas rutinku sedikit terobati dengan wajah-wajah ceria dan tentu saja tak ketinggalan, kekonyolan-kekonyolan khas anak kost. Sebuah suasana yang sering sekali kurindukan ketika aku pulang kampung dalam jangka waktu yang agak lama. Melihat papan tulis butut yang terpasang di dekat pintu masuk adalah satu hal yang selalu kulakukan ketika masuk ke kos tercinta ini, siapa tau ada berita penting buatku.
Gemetar rasanya melihat kata-kata yang terangkai di papan tulis kosku. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, telah meninggal dunia Bp. H…… “. Kata itulah yang tertulis di papan pengumuman kosku. Sering kali ketika mendengar ataupun membaca kalimat tersebut bulu kuduk kita berdiri, sebuah kalimat yang mengingatkan kita akan keniscayaan bagi seluruh makhluk tak terkecuali kita sebagai manusia akan berjumpa dengan Sang Pencipta, sebuah kalimat yang selalu menyadarkan bahwa kita hanya sekedar “mampir ngombe” di dunia ini, sebuah kalimat yang menimbulkan kesadaran bahwa sesungguhnya apa yang ada di bumi ini termasuk kita adalah kepunyaan-Nya.
Penasaran aku oleh informasi yang tak lengkap itu. Bagaimana tidak, di papan tulis hanya tertulis “Bp. H……..”. “Siapa yang meninggal?” kutanya anak-anak yang ada di ruang tamu. “Ga tau mas, tadi mas Yoga yang nulis. Sekarang kayaknya pergi tuh orangnya” jawab Budi, adik kelasku sejurusan. Kucari teman seangkatanku itu, gak ada. Bergegas aku masuk kamar, kutaruh tas di kasur. “Mas, tau nggak yang meninggal siapa?” tanya Ragil, teman sekamarku. “Ga tau aku, emangnya yang meninggal siapa sih” ganti aku bertanya padanya. “Aku juga nggak tau mas, tadi waktu mas Yoga kutanya dia hanya tersenyum, aku takut mas, soalnya nama depan ayahku kan pake huruf H juga” dengan bergetar dia berkata.
Tersentak aku setelah kuperhatikan ada ketakutan di wajah adik kelasku itu. Kubayangkan bagaimana jika ini terjadi padaku, bagaimana seandainya yang tertulis di papan tulis adalah nama ayahku, bagaimana jika yang tertulis di papan tulis adalah nama ibuku, istriku, anakku, bagaimana jika … Aku belum siap jika ini terjadi pada keluargaku, aku belum siap !!! meskipun kuyakin bahwa hal ini adalah suatu keniscayaan bagi makhluk-Nya. Aroma kematian mendadak terasa menyengat di kamarku.
“Siapa yang meninggal ?” tanyaku penasaran pada Yoga. “Jangan kaget ya!” katanya datar sambil menyebutkan sebuah nama. Sontak saja aku kaget mendengar Yoga menyebutkan sebuah nama yang baru saja kukenal. Terbayang olehku sosok seorang mujahid berbadan tegap yang pada pertemuan kami yang terakhir tak menyiratkan tanda-tanda bahwa beliau menderita sakit parah. Malam itu, aku tak bisa memejamkan mata. Setiap kali mecoba untuk memejamkan mata selalu tercium olehku aroma kematian. Makin lama makin menyengat aroma kematian yang tercium. Apakah ini semua pertanda makin dekat dengan ajal??? sementara aku belum sungguh-sungguh menyambut kedatangan Izrail.

Comments

Popular posts from this blog

212 Cinta Menggerakkan Segalanya

Info Buku Category: Novel Author: Helvi Tiana Rosa & Benny Arnas Issue 2018 Total Pages 272 halaman Dimension 13,5 x 20,5 cm Cover Softcover Color Black-White weight 300 gram Publishing: REPUBLIKA PENERBIT Prize : 58.000 Sinopsis Aksi Damai pada 2 Desember 2016 (212), merupakan peristiwa luar biasa yang telah menjadi bagian dari tonggak sejarah umat Islam di Indonesia, bahkan dunia. Pada hari itu, diperkirakan lebih dari tujuh juta orang memenuhi kawasan Monumen Nasional (Monas) dan sekitarnya, menyatakan sikap, dan kecintaan mereka kepada Allah dan Al-Qur’an. Film dan novel 212 ini bukan tentang gerakan politik, atau kisah cinta biasa. Film dan novel 212 Cinta Menggerakkan Segala (CMS) menguraikan tentang hubungan antarmanusia dan cinta manusia dengan Tuhannya yang terangkai dalam momen 212. Seperti juga 212 yang merupakan aksi damai, film serta novel ini juga membawa pesan damai dari umat Islam Indonesia. Jika ingin mendapatkan buku ini, silakan isi di kolom ...

Menu Sarapan Sederhana

Menu sarapan pagi ini adalah nasi, telur dadar, dan sayur bening oyong. Menunya sederhanya dan rasanya biasa saja. Namun, jika dinikmati ketika masakannya masih hangat, rasanya menjadi tidak biasa. Apalagi jika suasana hati dan pikiran sedang bahagia.. Untuk para pembaca, jangan lupa sarapan ya..

Sejarah Nabi #7

Sumur Zamzam Sahabat fillahku, atas kehendak Allah SWT jua, Nabi  Ibrahim as. mengajak Bunda Hajar dan bayinya pergi jauh, jauh sekali; ke tengah sebuah lembah tandus yang sekarang disebut Mekah. Tempat itu merupakan tempat persinggahan rombongan pedagang. Akan tetapi, saat itu adalah saat-saat paling sepi sepanjang tahun. Tidak ada satu orangpun yang tampak di sana. "Aku harus meninggalkanmu," kata Nabi Ibrahim kepada istrinya. "Apakah ini kehendak Allah SWT?" tanya Bunda Hajar. Nabi Ibrahim  mengangguk pasti, "Allah pasti menjagamu dan anak kita." Kemudian, Nabi Ibrahim  pergi meninggalkan Bunda Hajar dan Ismail dengan bekal seadanya. Tidak lama kemudian, air pun habis. Ismail menangis kehausan. Bunda Hajar kebingungan, apalagi saat itu air susunya pun tidak keluar. Ke mana dia harus mencari air di tempat setandus ini? Bunda Hajar berlari ke puncak bukit terdekat. "Ya Allah hindarkan kami dari mati kehausan. Berikanlah k...